Negara-negara anggota G20 kini aktif mempercepat transisi menuju energi hijau sebagai respons terhadap krisis iklim global. Dalam pertemuan terakhir, para pemimpin dunia sepakat untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan mendorong investasi besar-besaran di sektor energi terbarukan.

Beberapa negara seperti Jerman, Jepang, dan India memimpin langkah nyata dengan meningkatkan kapasitas pembangkit tenaga surya, angin, dan hidro. Mereka juga mulai menghapus subsidi bahan bakar fosil secara bertahap, sambil mengalihkan anggaran ke proyek infrastruktur ramah lingkungan. Langkah ini tidak hanya mengurangi emisi karbon, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru di sektor energi bersih.

Amerika Serikat dan Uni Eropa mendorong pengembangan teknologi penyimpanan energi dan hidrogen hijau, serta memperkuat regulasi untuk mempercepat transisi industri berat dan transportasi. Sementara itu, negara-negara berkembang menyerukan dukungan finansial dan teknologi dari negara maju agar mereka juga bisa ikut dalam transisi ini tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi.

G20 juga sepakat untuk memperkuat kerja sama lintas negara dalam berbagi teknologi, membangun jaringan listrik regional, dan mendorong riset inovatif. Mereka menyadari bahwa transisi energi bukan hanya isu lingkungan, tetapi juga peluang ekonomi dan geopolitik masa depan.

Dengan mengambil langkah berani, G20 menunjukkan komitmen kolektif untuk mewujudkan masa depan yang lebih bersih, berkelanjutan, dan tahan terhadap krisis iklim. Transformasi ini bukan pilihan, melainkan kebutuhan mendesak untuk generasi mendatang.