Aplikasi HeartSync menggemparkan pasar startup setelah video TikTok pengguna meraih 3,2 juta views dalam 3 hari. Klip itu memperlihatkan seorang pria menempelkan jari ke kamera ponselnya, lalu aplikasi “membaca” detak jantungnya saat melihat foto gebetan. Hasilnya: “Kadar chemistry 89%! Ayo告白 (confess)!” Sejak itu, HeartSync menduduki puncak chart Google Play dengan 1 juta unduhan pekan pertama.

Klaim Pengembang: Sensor PPG & AI Analisis Emosi

CEO HeartSync, Kevin Sutanto, menjelaskan teknologi di balik aplikasi ini. “Sensor PPG (Photoplethysmography) di kamera ponsel mengukur perubahan aliran darah. AI kami lalu membandingkan pola detak jantung dengan database 10.000 kasus jatuh cinta,” paparnya dalam webinar 25 Juni 2024. Studi pendahuluan bersama Universitas Indonesia mengklaim akurasi 85% dalam mendeteksi ketertarikan romantis.

Pengguna Ramai-ramai Tes: “Jodohku Ternyata Tetangga Sendiri!”

Banyak kisah unggul muncul. Sarah, mahasiswa UGM, mengaku aplikasi ini “membaca” detak jantungnya yang melonjak 120 bpm saat bertemu dosen favorit. “Awalnya saya sangsi, tapi ternyata doi juga pakai HeartSync dan dapat skor 92%!” ceritanya di Twitter. Namun, pengguna lain seperti Andi di Surabaya membantah: “Aplikasi ini bilang saya cocok 95% sama tukang bakso langganan. Itu kan cuma karena saya lapar!”

Ahli Kritik: “Cinta Tak Bisa Diredam ke Angka”

Psikolog klinis Dra. Maylaffayza memperingatkan risiko oversimplifikasi. “Jatuh cinta melibatkan kompleksitas hormon, pengalaman, dan budaya. Jangan sampai anak muda kehilangan kemampuan baca bahasa tubuh nyata karena tergantung aplikasi,” tegasnya. Di sisi lain, dr. Ario Prabowo, kardiolog RS Harapan Kita, mempertanyakan validitas sensor ponsel: “Akurasi pengukuran PPG sangat bergantung pada tekanan jari dan cahaya ambient. Rentan error!”

Update Terbaru: Fitur “Cinta Segitiga” dan Kontroversi

HeartSync merilis fitur Love Triangle Analyzer yang membandingkan detak jantung pengguna saat melihat foto dua orang sekaligus. Fitur ini langsung menuai protes. “Ini mengajarkan poligami digital!” tulis akun @FeministID di Instagram. Kevin membela diri: “Ini hanya alat bantu, bukan pengganti komunikasi. Kami juga tambahkan peringatan: Hasil bukan diagnosis medis.”

Laris di Pasaran, Tapi Akankah Bertahan?

Meski kontroversial, HeartSync merajai pasar. Startup ini telah mengantongi pendanaan Series A senilai Rp 200 miliar dari venture capital Singapura. Namun, riwayat aplikasi serupa seperti Love Meter tahun 2020 yang akhirnya kolaps jadi pengingat: teknologi bisa memprediksi detak jantung, tapi tidak pernah bisa menangkap keajaiban cinta yang sesungguhnya.