velikaplaza.info

velikaplaza.info – Industri kelapa sawit di Indonesia, diwakili oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), menyerukan pemerintah untuk mengambil langkah-langkah strategis dalam menanggapi dampak potensial dari konflik yang berlangsung antara Israel dan Iran. Eddy Martono, Ketua Umum Gapki, menyoroti berbagai isu yang dihadapi oleh pengusaha sawit, termasuk dampak dari konflik berkelanjutan di Timur Tengah.

Kondisi Pengusaha Sawit dalam Bayang-bayang Konflik

Dalam suatu pertemuan di Shangri-La, Jakarta, Eddy Martono mengutarakan kekhawatiran tentang situasi industri sawit yang terganggu akibat konflik internasional yang berkepanjangan. Ia menegaskan bahwa peristiwa ini mempengaruhi ekonomi global dan dapat mengurangi daya saing minyak sawit Indonesia di pasar internasional.

Perlambatan Ekonomi China dan Dampaknya

Eddy juga menyoroti perlambatan ekonomi China, konsumen terbesar minyak sawit Indonesia, yang dapat berdampak pada permintaan dan harga global. Perlambatan ini menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan penurunan lebih lanjut dalam kinerja ekspor sawit Indonesia.

Penurunan Produksi dan Ekspor CPO Indonesia

Dari segi produksi, Gapki mencatat penurunan signifikan pada Februari 2024, dengan produksi CPO merosot dari 4.232 ribu ton menjadi 3.883 ribu ton. Faktor seperti hari kerja yang lebih sedikit di bulan Februari disebutkan sebagai salah satu penyebab penurunan ini. Di sisi lain, nilai ekspor sawit juga mengalami penurunan dari US$2.304 juta menjadi US$1.808 juta, menunjukkan dampak negatif pada sektor ekspor.

Kenaikan Tensi Militan di Timur Tengah

Gejolak geopolitik yang meningkat di Timur Tengah, termasuk serangan Israel terhadap kantor konsulat Iran di Damaskus dan serangan balasan Iran dengan ratusan drone, telah memperkeruh suasana instabilitas regional. Dampak dari aksi militer ini berpotensi merambah ke lebih banyak sektor, termasuk ekonomi global dan industri sawit.

Kesimpulan dan Seruan Gapki

Dalam menghadapi instabilitas yang meningkat, Gapki mendesak Pemerintah Indonesia untuk mengambil tindakan yang akan menjaga kestabilan dan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar global. Respon yang cermat dan kebijakan proaktif diperlukan untuk menavigasi tantangan ekonomi yang ditimbulkan oleh konflik geopolitik, demi menjaga keberlanjutan industri sawit nasional.